Perusahaan Raksasa Energi Fosil Pun Mulai Bertransisi
Shell dan Scuderia Ferrari kian menguatkan komitmen transisi energi menuju energi bersih di masa depan. Salah satunya, terus berusaha mengurangi komposisi karbon dalam bahan bakar, termasuk untuk balap Formula 1.
Didirikan sejak 1907, Shell dikenal sebagai perusahaan eksplorasi dan produksi minyak di daratan Eropa dan Asia, termasuk sebagian di Benua Amerika. Pada tahun-tahun berikutnya, Shell merambah bisnis hilir dengan berjualan bahan bakar minyak. Sejarah panjang bisnis energi fosil perusahaan yang berkantor pusat di London, Inggris, itu diwarnai keputusan untuk merambah sektor energi terbarukan mulai 2016.
Shell, yang juga menjadi pendukung salah satu tim balapan Formula 1, mulai berinovasi dengan mengembangkan bahan bakar rendah karbon bermerek Shell V-Power E10 pada tahun 2022. Bahan bakar itu mengandung 10 persen etanol generasi kedua atau hampir dua kali lipat dari bahan bakar musim balap 2021 yang sebesar 5,75 persen. Shell akan menyediakan 100 persen bahan bakar ramah lingkungan pada 2026. Mereka mendapat pasokan bioetanol tetes tebu dari mitra di Brasil.