logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊIkan Nelayan Mulai Tak...
Iklan

Ikan Nelayan Mulai Tak Terbuang Sia-sia

Pertumbuhan sistem rantai dingin, termasuk gudang pendingin, di sejumlah daerah produsen ikan tangkap di Indonesia, ditopang dengan elektrifikasi. Hal ini berdampak ganda baik bagi nelayan maupun perusahaan ikan.

Oleh
Hendriyo Widi
Β· 0 menit baca
Pekerja PT Fajar Flores Flamboyan Fishing sedang memilah ikan berdasarkan kualitas dan ukurannya sebelum dimasukkan ke gudang pendingin di Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/6/2023). Jenis ikan tangkap andalan daerah tersebut adalah tuna, cakalang, kerapu, layang, dan selar. Keberadaan gudang pendingin milik perusahaan menyebabkan ikan nelayan yang tidak laku terjual dapat terserap dan tidak terbuang percuma.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)

Pekerja PT Fajar Flores Flamboyan Fishing sedang memilah ikan berdasarkan kualitas dan ukurannya sebelum dimasukkan ke gudang pendingin di Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/6/2023). Jenis ikan tangkap andalan daerah tersebut adalah tuna, cakalang, kerapu, layang, dan selar. Keberadaan gudang pendingin milik perusahaan menyebabkan ikan nelayan yang tidak laku terjual dapat terserap dan tidak terbuang percuma.

Pada 2020, sekitar 35 persen dari total produksi perikanan tangkap global sebanyak 90,3 juta ton terbuang sia-sia. Dengan kata lain, satu dari tiga ikan yang ditangkap tidak pernah sampai ke piring, entah dibuang kembali ke laut atau membusuk sebelum bisa dimakan.

Ikan yang terbuang itu sebagian besar dari sortiran tangkapan pukat dan kurangnya fasilitas gudang pendingin (cold storage) yang menjaga ikan tetap segar. Hal itu terjadi hampir di seluruh negara produsen, termasuk enam negara yang berkontribusi terhadap 49 persen total produksi perikanan tangkap global, yakni China, Indonesia, Peru, India, Rusia, Amerika Serikat, dan Vietnam.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan