logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊDedieselisasi Dinilai Kurang...
Iklan

Dedieselisasi Dinilai Kurang Agresif terhadap Penurunan Emisi

Program dedieselisasi terlalu kecil dampaknya dalam menurunkan emisi. Butuh komitmen lebih kuat, khususnya dalam pengakhiran PLTU, pembangunan pembangkit energi baru terbarukan, hingga pengembangan jaringan energi.

Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Β· 0 menit baca
Seorang petugas mengecek mesin di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pesanggaran, Bali. Foto diambil Rabu (26/6/2019).
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Seorang petugas mengecek mesin di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pesanggaran, Bali. Foto diambil Rabu (26/6/2019).

JAKARTA, KOMPAS – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) akan menghentikan operasi pembangkit listrik tenaga diesel atau dedieselisasi sebesar 1 gigawatt. Langkah ini dinilai kurang berdampak pada penurunan emisi. Peningkatan bauran energi dan pengakhiran pembangkit listrik tenaga uap dianggap lebih krusial.

Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM), akan diganti dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Untuk fase pertama, PLN berencana membangun 0,2 gigawatt (GW) PLTS di 94 lokasi berbeda. Proyek tersebut diperkirakan membutuhkan dana sebesar 0,7 miliar dollar AS atau Rp 10,5 triliun.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan