logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊIndonesia-Swedia Pererat Kerja...
Iklan

Indonesia-Swedia Pererat Kerja Sama Dagang dan Industri

Pada 2023, perekonomian Swedia diperkirakan tumbuh negatif 0,1 persen. Di sisi lain, proyeksi IMF menunjukkan, perekonomian Indonesia tumbuh melesat dari 3,7 persen pada 2021 menjadi 5,3 persen pada 2022.

Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
Β· 1 menit baca
Business Development Manager Hexagon Garth Yosua Febrian (dua dari kiri), Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry Soper (tiga dari kiri), Presiden Direktur SKF Indonesia Toto Suharto (tiga dari kanan), dan Head of Delivery PIDI 4.0 Ahmad Cahyo Nugroho (dua dari kanan) menandatangani kerja sama Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) Industry Alliance, Jakarta, Senin (5/12/2022).
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J

Business Development Manager Hexagon Garth Yosua Febrian (dua dari kiri), Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry Soper (tiga dari kiri), Presiden Direktur SKF Indonesia Toto Suharto (tiga dari kanan), dan Head of Delivery PIDI 4.0 Ahmad Cahyo Nugroho (dua dari kanan) menandatangani kerja sama Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) Industry Alliance, Jakarta, Senin (5/12/2022).

JAKARTA, KOMPAS β€” Sejumlah lembaga memprediksikan perekonomian global bakal melambat sepanjang 2023. Meskipun demikian, Swedia melihat Indonesia sebagai mitra yang dapat berjalan bersama di tengah tantangan ekonomi tersebut sehingga menjajaki sejumlah kerja sama untuk mendorong perindustrian nasional.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi dunia melambat dari 6 persen sepanjang 2021 ke 3,2 persen pada 2022. Pada tahun berikutnya, perekonomian global diperkirakan masih melambat ke 2,7 persen. Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh krisis biaya hidup, pengetatan keuangan, konflik Rusia-Ukraina, dan masih adanya pandemi Covid-19.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan