Adaptasi dan Strategi di Era Karbon Netral
Rolls-Royce, perusahaan asal Inggris yang fokus pada bisnis mesin dan teknologi kedirgantaraan sipil, power system, dan pertahanan, kini harus berjibaku menjadi perusahaan yang mendukung karbon netral.
![Salah satu pesawat bertenaga listrik buatan Rolls-Royce. (sumber foto: Rolls-Royce)](https://cdn-assetd.kompas.id/9NgPJ5PvFM0vymBPRGIa_h4qgYo=/1024x576/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F25%2F3ec13d74-cdca-427f-bca1-dab728e8dd5e_jpg.jpg)
Salah satu pesawat bertenaga listrik buatan Rolls-Royce. (sumber foto: Rolls-Royce)
Rolls-Royce, perusahaan yang paling sering dikaitkan dengan jajaran mobil mewahnya, sebenarnya kini hanya mengoperasikan tiga bisnis inti, yaitu mesin dan teknologi kedirgantaraan sipil, power system, dan alat-alat pertahanan. Sisi produksi mobil motor sudah sepenuhnya dimiliki oleh BMW. Di Indonesia, Rolls-Royce dikenal publik karena mesin dan teknologinya untuk pesawat terbang sejak puluhan tahun.
Rolls-Royce, perusahaan asal Inggris ini, telah beroperasi lebih dari 100 tahun. Di luar berbagai dinamika perusahaan, Rolls-Royce masih harus menghadapi tekanan global untuk mendukung program karbon netral. President Rolls-Royce untuk Southeast Asia, Pacific, dan South Korea Bicky Bhangu menyempatkan berbincang dengan sejumlah jurnalis, termasuk Kompas, Senin (18/10/2022), di Jakarta. Berikut cuplikan wawancaranya terkait bagaimana Rolls-Royce berjibaku dengan dinamika global.