Sensitivitas Publik dan Problem Konversi Kompor Gas ke Induksi
Kendati menyasar 300.000 atau hanya 0,5 persen dari keluarga pelanggan PLN yang menggunakan elpiji, 69,5 juta keluarga, isu konversi kompor elpiji ke induksi itu bergulir kencang. Program itu lalu dibatalkan.
![Andi, salah seorang pedagang, menggunakan kompor induksi untuk berjualan di Kuliner Pintar Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (24/2/2021). Pemanfaatan kompor induksi membuat pedagang bisa menghemat hingga 50 persen bila dibandingkan dengan menggunakan kompor berbahan gas.](https://cdn-assetd.kompas.id/kWem23j1sY7jgy2Z37YdHAutv4w=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F02%2F24%2F96cf473f-4572-49c8-b4fe-54e729ae2e3e_jpg.jpg)
Andi, salah seorang pedagang, menggunakan kompor induksi untuk berjualan di Kuliner Pintar Taman Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (24/2/2021). Pemanfaatan kompor induksi membuat pedagang bisa menghemat hingga 50 persen bila dibandingkan dengan menggunakan kompor berbahan gas.
Penyediaan 300.000 unit kompor listrik induksi bagi masyarakat sebagai pengganti elpiji 3 kilogram tahun ini batal setelah menuai reaksi dari masyarakat. Upaya masif demi menekan volume impor elpiji serta menyerap listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) itu dinilai belum siap dan matang, baik dalam pengkajian maupun sosialisasi.
Program konversi dari kompor gas ke kompor induksi sebenarnya bukan baru kali ini dilakukan. Pada Oktober 2020, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT PLN resmi meluncurkan Gerakan Konversi 1 Juta Kompor Induksi. Gerakan itu dimaksudkan untuk mendorong kemandirian energi nasional (Kompas.id, 27/10/2020).