logo Kompas.id
EkonomiDampak ”Scaring Effect”, Klaim...
Iklan

Dampak ”Scaring Effect”, Klaim Asuransi Kredit Meningkat Tajam

Pada triwulan kedua tahun ini nilai total klaim industri asuransi kredit mencapai Rp 4,67 triliun, bertumbuh 88,6 persen secara tahunan. Sementara pendapatan premi hanya bertumbuh 8,9 persen.

Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
· 1 menit baca
Sebuah iklan penawaran properti terpasang di kasasan Babakan, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (23/9/2022). Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin sehingga menjadi 4,25 persen. Kenaikan suku bunga tersebut berpotensi mengancam penjualan properti yang mayoritas menggunakan fasilitas kredit perbankan.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Sebuah iklan penawaran properti terpasang di kasasan Babakan, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (23/9/2022). Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin sehingga menjadi 4,25 persen. Kenaikan suku bunga tersebut berpotensi mengancam penjualan properti yang mayoritas menggunakan fasilitas kredit perbankan.

JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan klaim industri asuransi kredit nyaris 10 kali lipat lebih besar daripada pertumbuhan jumlah pendapatan premi industri asuransi kredit. Ini menunjukkan kemampuan pelunasan debitor atau dunia usaha belum pulih benar sehingga kredit macet harus dituntaskan dengan klaim asuransi kredit.

Mengutip data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), hingga triwulan II-2022, total klaim industri asuransi kredit mencapai Rp 4,67 triliun, tumbuh 88,6 persen dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 2,47 triliun. Pada saat yang sama, pendapatan premi asuransi kredit hanya tumbuh 8,9 persen secara tahunan menjadi Rp 6,39 triliun. Dengan kondisi ini, rasio klaim asuransi kredit naik menjadi 73 persen dari 42,2 persen.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan