logo Kompas.id
EkonomiIndonesia Surganya Sumber...
Iklan

Indonesia Surganya Sumber Energi Terbarukan

Indonesia disebut-sebut sebagai ”Timur Tengah”-nya sumber energi terbarukan. Sayangnya, di tengah potensi yang melimpah itu, Indonesia belum mampu lepas dari kebergantungan pada energi fosil.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
· 1 menit baca
Paiton Energy membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk mendukung penyediaan sumber energi terbarukan. Perusahaan membangun PLTS dari stasiun Photovoltaic (PV) untuk keperluan konsumsi sendiri dengan total kapasitas terpasang 1.013 kW dengan Sistem Tenaga Surya on-Grid. Proyek PLTS ini dipasang di area pembangkit Paiton (689 kW), atap gedung administrasi (65 kW), dan atap balai rekreasi di perumahan Paiton (289 kW). Listrik yang dihasilkan ini juga digunakan untuk mengisi daya bus listrik yang berfungsi sebagai transportasi karyawan sehari-hari. Hal itu dilakukan untuk menekan penggunaan batubara.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Paiton Energy membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk mendukung penyediaan sumber energi terbarukan. Perusahaan membangun PLTS dari stasiun Photovoltaic (PV) untuk keperluan konsumsi sendiri dengan total kapasitas terpasang 1.013 kW dengan Sistem Tenaga Surya on-Grid. Proyek PLTS ini dipasang di area pembangkit Paiton (689 kW), atap gedung administrasi (65 kW), dan atap balai rekreasi di perumahan Paiton (289 kW). Listrik yang dihasilkan ini juga digunakan untuk mengisi daya bus listrik yang berfungsi sebagai transportasi karyawan sehari-hari. Hal itu dilakukan untuk menekan penggunaan batubara.

Porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada 2021 masih 11,7 persen atau di bawah target 14,5 persen. Demikian berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, target bauran energi baru dan terbarukan pada 2025 sedikitnya sudah mencapai 23 persen dalam bauran energi nasional. Target itu pada 2030 naik menjadi sedikitnya 31 persen. Masih lebarnya kesenjangan guna memenuhi target pada 2025 menjadi pekerjaan rumah.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan