Petani Sawit Lebih Khawatir Konflik karena Legalitas Lahan
Konflik lahan dan masalah legalitas lahan milik petani menjadi masalah yang lebih mengkhawatirkan dari persoalan jatuhnya harga sawit. Di satu sisi, petani tidak pernah menjadi penentu harga dan tidak punya posisi tawar.
PALANGKARAYA, KOMPAS β Kebijakan menghentikan ekspor crude palm oil berdampak pada turunnya harga buah tandan sawit di kalangan petani. Walakin, petani di Kalimantan Tengah memiliki kekhawatiran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan persoalan harga, yakni soal kepemilikan lahan yang berujung pada konflik di antara petani ataupun dengan perusahaan perkebunan.
Nababan, salah satu pengepul tandan sawit di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menjelaskan, turunnya harga sawit terjadi pada Minggu 24 April 2022 malam dari Rp 3.780 per kilogram lalu menjadi Rp 2.760 per kilogram. Lalu pada Selasa (26/4/2022) pagi harganya turun lagi sebesar Rp 560 menjadi Rp 2.200 per kilogram tandan sawit.
Nababan mengungkapkan, dirinya menjual sawit dari petani lalu dibawa ke salah satu perkebunan sawit di Kabupaten Katingan yang sudah menjadi langganannya. Harga yang ia berikan kepada petani merupakan harga yang ditentukan dari perusahaan.