perikanan
Perlindungan Awak Kapal Masih Minim
Perlindungan terhadap awak kapal perikanan dinilai masih lemah. Upaya penambahan awak kapal dinilai perlu dibarengi jaminan perlindungan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F12%2F03%2F6a86b72e-b168-4624-9673-3401d206a175_jpg.jpg)
Sejumlah kapal ikan eksasing berlabuh di Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku, Selasa (3/12/2019). Nasib kapal-kapal itu menggantung sejak akhir 2014.
JAKARTA, KOMPAS — Korban awak kapal perikanan yang bekerja di dalam dan luar negeri terus berjatuhan. Sepanjang tahun 2020-2022, tercatat 232 awak kapal perikanan terindikasi menjadi korban praktik kerja paksa dan perdagangan orang.
Koordinator Program Hotspot, Destructive Fishing Watch Indonesia, Imam Trihatmadja mengatakan, awak kapal perikanan belum sepenuhnya mendapat perlindungan dari pemerintah. Pengaduan terhadap korban anak buah kapal (ABK) terus masuk ke National Fishers Center. Dalam kurun tiga bulan pertama tahun 2022, National Fisher Center menerima sembilan pengaduan dengan jumlah korban 33 orang.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 9 dengan judul "Perlindungan Awak Kapal Masih Minim".
Baca Epaper Kompas