logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKatanya Swasembada Gula
Iklan

Katanya Swasembada Gula

Swasembada gula konsumsi masih teragendakan. Sementara impor gula semakin meningkat. Sejumlah pabrik gula baru muncul dan mematikan beberapa pabrik gula lama lantaran kalah bersaing mendapatkan tebu di lahan lama.

Oleh
Hendriyo Widi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fVvk2PUna6K9JiLLZjGUg8cP34Q=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2Fa4f78570-93c4-4870-a99f-35c6d3e9166e_jpg.jpg
KOMPASTotok Wijayanto

Buruh harian membongkar gula rafinasi yang didatangkan dari India dengan menggunakan Kapal Margaret SW di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/4/2021). Pada 2022, pemerintah mengalokasikan kuota impor gula mentah 4,37 juta ton. Dari total kuota itu, alokasi impor gula mentah untuk bahan baku gula kristal rafinasi 3,48 juta ton dan untuk gula kristal putih 891.627 ton.

Kebutuhan gula konsumsi dan industri terus meningkat seiring pertambahan penduduk dan pertumbuhan industri makanan-minuman. Indonesia semakin bergantung pada gula impor. Program swasembada gula bakal tertatih-tatih mengejar keseimbangan neraca gula.

Saat ini kebutuhan gula nasional rata-rata 6 juta ton. Sebanyak 2,7 juta ton-2,9 juta ton merupakan kebutuhan gula konsumsi atau kristal putih (GKP) dan 3 juta ton-3,2 juta ton gula kristal rafinasi (GKR) yang merupakan bahan baku industri makanan-minuman.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan