logo Kompas.id
Ekonomi”Lampu Kuning” Pengelolaan...
Iklan

”Lampu Kuning” Pengelolaan Rajungan

Penangkapan rajungan mulai mendekati ambang berlebih. Komoditas perikanan skala ekspor ini kerap diburu dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan tidak memperhatikan daya dukung.

Oleh
BM Lukita Grahadyarini
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/XzkoH3Zed1pHvKP-C_6V5qffNFY=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F7edce1dd-aa21-48a7-a374-9ba1a052c212_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Nelayan mencuci mesin perahu motornya di muara Kali Rawa Malang, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (7/10/2021). Ada sekitar 200 nelayan asal Cirebon yang menyandarkan perahu motornya di muara Kali Rawa Malang. Nelayan saat ini kebanyakan mengejar rajungan yang banyak terdapat di Teluk Jakarta. Dalam sehari mereka bisa mendapat Rp 100.000-Rp 150.000 penghasilan bersih setelah dipotong dengan ongkos bahan bakar solar dan sewa perahu. Rajungan dijual Rp 55.000-Rp 65.000 per kilogramnya.

Komoditas rajungan sebagai salah satu primadona ekspor perikanan Indonesia terus mengalami eksploitasi. Di beberapa sentra produksi, hasil tangkapan rajungan mulai menunjukkan penurunan.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, ekspor komoditas rajungan-kepiting hingga triwulan III (Januari-September) 2021 sebesar 447 juta dollar AS atau berkontribusi 11 persen terhadap total nilai ekspor perikanan.  Konstribusi ekspor itu meningkat dibandingkan triwulan II-2021 yang tercatat 9,9 persen.

Editor:
Nur Hidayati
Bagikan