logo Kompas.id
โ€บ
Ekonomiโ€บIroni Seputar Telur, Waktunya ...
Iklan

Ironi Seputar Telur, Waktunya Mengolah Sendiri

Ketika peternak menderita karena harga jual telur hancur dan produksi tak terserap pasar, Indonesia masih mengimpor telur olahan. Surplus telur belum dimanfaatkan maksimal dan kendala yang ada belum dapat solusi jitu.

Oleh
Mukhamad Kurniawan
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/tsOajYQgDaJbR_8mvSGQb6OlJ-k=/1024x545/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2Ff5fd8aa0-6863-492e-b926-5b20f4bdcbd2_jpg.jpg
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Para peternak unggas mandiri yang tergabung dalam Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) menggelar aksi di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (11/10/2021). Aksi yang diikuti peternak ayam petelur dari Jawa Tengah dan Jawa Timur itu dipicu oleh tingginya biaya produksi karena melambungnya harga jagung untuk pakan ternak sementara harga jual telur ayam di pasaran anjlok.

Unjuk rasa peternak unggas seolah tak berjeda beberapa tahun terakhir. Latar belakangnya sebagian besar karena harga jual ayam hidup (livebird) dan telur ayam yang anjlok di tingkat peternak. Situasi itu terutama dipicu oleh ketidakseimbangan pasar di mana produksi daging dan telur ayam melebihi permintaan. Risiko terbesar dialami peternak karena harga jual hasil jerih payahnya berulang tertekan hingga di bawah ongkos produksi.

Bulan lalu, para peternak dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan Lampung โ€menggerudukโ€ kantor Kementerian Pertanian, Gedung DPR, dan Istana Merdeka untuk menyampaikan aspirasi. Mereka protes karena problem harga jual ayam hidup dan telur ayam yang anjlok tak kunjung teratasi. Langkah pemerintah mengurangi produksi untuk menstabilkan harga di tingkat produsen dinilai belum manjur mengatasi persoalan.

Editor:
Nur Hidayati
Bagikan