logo Kompas.id
EkonomiRantai Pasokan Dunia dan...
Iklan

Rantai Pasokan Dunia dan Inflasi

Ekspektasi pemulihan ekonomi dunia dibarengi dengan kenaikan harga komoditas dan produk antara, mulai dari hasil tambang, bahan makanan, hasil pertanian, kayu, logam dasar, hingga cip.

Oleh
ARI KUNCORO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/j51nlCJeW8RD5VTGDR04zqtwu04=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Ffadc3b0f-531e-4176-b57e-b016723c59b7_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (23/9/2021). Siklus superkomoditas atau supercycle diperkirakan berakhir September 2022. Meski demikian, neraca perdagangan Indonesia diperkirakan terjaga baik karena ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi dari hasil investasi akan meningkat. Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-Agustus 2021 sebesar 134,132 miliar dollar AS, tumbuh 37,03 persen secara tahunan.

Persepsi bahwa dampak varian Delta akhirnya akan dapat dikendalikan menjadi dasar untuk harga minyak WTI menembus 70 dollar AS per barel mendekati 76,5 dollar AS per barel. Selain itu, China berusaha untuk mengendalikan cost push inflation dengan menggunakan cadangan minyak strategisnya untuk mengendalikan kenaikan harga minyak. Usaha ini tidak membuahkan hasil, sentimen positif pemulihan ekonomi dunia tetap mendorong harga WTI bergerak naik.

Namun, ada satu prediksi menarik dari Morgan Stanley (September 2021) yang menyatakan, jika harga minyak internasional pada kisaran  80 dollar AS per barel, hal itu akan berpotensi merusak pemulihan ekonomi dunia yang akan memukul balik harga minyak.

Editor:
Aris Prasetyo
Bagikan