logo Kompas.id
โ€บ
Ekonomiโ€บKejar Target Substitusi Impor,...
Iklan

Kejar Target Substitusi Impor, Sektor Hulu Diperkuat

Struktur impor Indonesia masih didominasi impor bahan baku dan penolong untuk keperluan produksi industri. Pada 2012-2019, impor bahan baku/penolong berkontribusi hingga 75,2 persen terhadap total nilai impor.

Oleh
Agnes Theodora
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/NcFtrk7dj_lyE3H3gR0KfqjTKvI=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F393b161c-ec34-4be5-966d-6bdb9756db14_jpg.jpg
KOMPAS/RIZA FATHONI

Foto aerial perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) di Pangkalan Bun, Kalteng, Kamis (29/4/2021). PT SSMS memproduksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dengan kapasitas produksi sebesar total 2.500 ton per hari. Hilirisasi PT SSMS telah menghasilkan produk turunan dari CPO berupa olein (minyak goreng), stearin (bahan dasar kue dan kosmetik), RBDPO (refined, bleached, and deodorized palm oil), serta PFAD (palm fatty acid destilate) atau asam lemak sawit hasil destilasi.

JAKARTA, KOMPAS โ€” Target pemerintah untuk mengurangi ketergantungan industri terhadap impor bahan baku/penolong harus dimulai dengan memperkuat sektor hulu. Tanpa usaha membenahi hulu terlebih dahulu, target substitusi impor untuk memperkuat industri dalam negeri akan sulit terwujud.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance, Ahmad Heri Firdaus, Senin (10/5/2021), mengatakan, salah satu kelemahan Indonesia adalah struktur industri yang masih lemah. Artinya, keterkaitan dari sektor hulu ke hilir masih belum kuat. โ€Kita ini kuat di hilir, tetapi hulu masih sangat bergantung pada impor,โ€ kata Heri saat dihubungi di Jakarta.

Editor:
M Fajar Marta
Bagikan