logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊFokus Dekarbonisasi PLN pada...
Iklan

Fokus Dekarbonisasi PLN pada Pembangkit Listrik dan Transportasi

Posisi bauran energi baru dan terbarukan Indonesia saat ini 11,2 persen atau hampir separuh dari target 23 persen pada 2025. Pemanfaatan gas bumi diharapkan bisa mempercepat proses transisi energi Indonesia.

Oleh
ARIS PRASETYO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Ih5VS5_2u6vwGGlB35B2viBxi8g=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F07%2F20190731PRI7HR_1564559885.jpg
KOMPAS/ PRIYOMBODO

Aktivitas petugas di PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Muara Karang, Jakarta Utara, Rabu (31/7/2019). PLTGU Muara Karang dengan kapasitas total 1600 megawatt (MW) ini menyuplai 30 persen kebutuhan listrik untuk wilayah DKI Jakarta, termasuk sejumlah obyek vital, seperti Istana Negara, kantor pemerintahan, Gedung Parlemen, serta Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. PLTGU Muara Karang dalam proses pembangunan PLTGU III dengan kapasitas 500 MW yang akan beroperasi pada 2020.

JAKARTA, KOMPAS β€” PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memfokuskan dekarbonisasi energi untuk mengurangi efek gas rumah kaca pada pembangkit listrik dan sektor transportasi. Fokus tersebut sejalan dengan target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. Gas akan berperan penting bagi transisi energi di Indonesia.

Menurut Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, dekarbonisasi menjadi bagian penting dari masa depan energi. Komitmen PLN untuk mendorong dekarbonisasi energi adalah dengan mengganti sejumlah pembangkit berbahan bakar fosil dengan sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Di sektor transportasi, PLN mendukung penciptaan eksosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan