logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPemakaian Biomassa pada PLTU...
Iklan

Pemakaian Biomassa pada PLTU Diperbanyak

Usaha mengurangi emisi dari pembakaran batubara pada PLTU yang dioperasikan PLN terus digiatkan. Pencampuran batubara dengan pelet kayu menjadi salah satu alternatif.

Oleh
ARIS PRASETYO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/qHe_IwslyIavJnWoIlK-ZiPDGv8=/1024x655/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F04%2F2019%2F04%2Fc9%2F42a%2F20190424RAM--PLTBm+VIJPG%2F20190424RAM--PLTBm+VISILO.jpg
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Aktivitas pengolahan sekam di pabrik beras milik PT Buyung Poetra Sembada (BPS) di Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Rabu (24/4/2019). Pada kuartal III 2019, pabrik beras ini akan menggunakan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) dari limbah sekam padi berkapasitas 3 megawatt (MW). Selain untuk mengurangi biaya operasional dari listrik, PLTBm ini juga akan mengurangi penumpukan sekam padi di pabrik tersebut.

JAKARTA, KOMPAS β€” PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memperbanyak pemakaian biomassa sebagai campuran bahan bakar pada pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU. Metode pencampuran yang dikenal dengan istilah co-firing ini sudah diterapkan di 26 PLTU milik PLN. Selain mengurangi pemakaian batubara, sejumlah pembangkit listrik tenaga diesel bakal diganti dengan sumber energi terbarukan.

Bahan biomassa yang dipakai umumnya berasal dari serbuk kayu yang diolah menjadi pelet. Kadar campurannya rata-rata sebesar 3-5 persen. Sejauh ini, PLN menyebut tidak ada masalah dalam operasional pembangkit yang berbahan bakar batubara tersebut. Hingga 2024 mendatang, PLTU yang menerapkan metode co-firing ditargetkan menjadi sebanyak 52 unit.

Editor:
Bagikan