logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKonsep Penerima Elpiji...
Iklan

Konsep Penerima Elpiji Bersubsidi Belum Jelas

Dua harga berbeda untuk komoditas yang sama rawan menyebabkan penyelewengan. Pengendalian distribusi elpiji 3 kilogram terus didorong agar subsidi elpiji benar-benar tepat sasaran.

Oleh
ARIS PRASETYO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/og8rMVMOVIBGwzg9uG0ibhvKoaU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F12%2F7ee177d4-dcfe-4b30-b169-43c9ceb7b9d1_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja menata tabung elpiji 12 kilogram di salah satu agen di kawasan Gedong, Jakarta Timur, Senin (24/8). Menyambut masa libur Natal dan Tahun Baru, PT Pertamina (Persero) memastikan stok elpiji dalam kondisi aman. Hal ini diperkuat dengan ketahanan stok elpiji yang mencapai 16,25 hari per tanggal 13 Desember 2020. Pertamina juga telah menyiapkan antisipasi penghitungan peningkatan kebutuhan masyarakat selama masa libur Natal dan Tahun Baru sekitar 1,9 persen untuk elpiji.

JAKARTA, KOMPAS β€” Konsep atau pedoman penerima subsidi elpiji 3 kilogram masih belum jelas sehingga rawan menimbulkan penyelewengan di lapangan. Selisih harga elpiji bersubsidi dengan yang nonsubsidi sebesar Rp 5.300 per kilogram turut mendorong timbulnya praktik penyelewengan tersebut. Sementara rencana distribusi tertutup oleh pemerintah belum memberikan kejelasan.

Direktur Pertamina Trading dan Komersialisasi Mas’ud Khamid, Selasa (9/2/2021), mengatakan, konsumsi elpiji 3 kilogram di Indonesia terus naik dari tahun ke tahun. Pada 2020, konsumsi elpiji bersubsidi tersebut mencapai 7,14 juta ton dan diperkirakan naik menjadi 7,5 juta ton pada 2021. Konsumen terbesar datang dari sektor rumah tangga, yakni 74,4 persen, dan disusul pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebesar 16,8 persen.

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan