logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊBukan Ketersediaan, melainkan ...
Iklan

Bukan Ketersediaan, melainkan Keterjangkauan

Tren kenaikan harga di tengah pandemi Covid-19 menguji daya tahan pangan global. Bagi Indonesia, tantangannya kini bukan soal ketersediaan, melainkan keterjangkauan dan ketahanan gizi, khususnya bagi masyarakat miskin.

Oleh
Mukhamad Kurniawan
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/p6kwQ9cE0zmOFPtmQh6I1P8AWKA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F6a7b0912-9df4-4488-b325-7647af3ff20e_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Petugas PT Pos Indonesia membagikan bantuan langsung tunai kepada warga RW 005, Kenari, Jakarta Pusat, Rabu (6/1/2021). Bantuan uang tunai senilai Rp 300.000 itu untuk menggantikan bantuan bahan pangan pada program sebelumnya bagi warga terdampak pandemi Covid-19.

Indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada 2020 mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Indeks mengukur perubahan bulanan harga internasional sejumlah komoditas pangan. Secara keseluruhan, indeks harga pangan tahun 2020 mencapai 97,9 poin, terutama disumbang oleh kenaikan indeks tujuh bulan berturut-turut hingga mencapai level tertinggi pada Desember 2020, yakni 107,5 poin.

Semua subindeks mencatat kenaikan moderat pada Desember 2020, kecuali gula, dengan subindeks minyak nabati yang mencatat kenaikan paling tinggi, yakni 127,6 poin, dan menandai level tertinggi sejak September 2012. Selain minyak nabati, kenaikan indeks harga juga terjadi pada subindeks produk susu, daging, dan sereal menurut data yang dirilis badan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 12 Januari 2021 tersebut.

Editor:
dewiindriastuti
Bagikan