logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊSetelah Kedelai, Terbitlah...
Iklan

Setelah Kedelai, Terbitlah Daging Sapi

Apabila terus mengandalkan daging dan sapi bakalan impor guna menutup defisit, sementara insentif usaha peternak terabaikan, Indonesia bakal semakin terjebak dalam lubang ketergantungan.

Oleh
Mukhamad Kurniawan
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/EuJd-S07LAGQNsdbENR6mQWawfI=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F89f092f7-4751-4d5e-9e48-a83d97c5390c_jpg.jpg
KOMPAS/RIZA FATHONI

Suasana sepi di los daging sapi saat para pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging Indonesia Jakarta mogok berdagang di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (21/1/2021).

Setelah produsen tahu tempe di tiga hari pertama 2021, kali ini giliran pedagang daging sapi yang mogok massal, khususnya di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Mereka kompak tidak berjualan selama tiga hari hingga Jumat (22/1/2021). Aksi digelar sebagai protes pedagang atas tingginya harga daging sapi impor.

Los-los daging di sejumlah pasar tradisional tampak tidak biasa. Tidak ada daging potongan yang digantung, meja-meja dagangan bersih, timbangan teronggok, tidak terdengar suara golok menghantam talenan kayu, dan riuh transaksi jual beli. Hanya sebagian pedagang dan pekerja yang bercengkerama, menongkrong santai, atau tiduran.

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan