logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPenggunaan BBM Ramah...
Iklan

Penggunaan BBM Ramah Lingkungan Banyak Kendala

Kebijakan pemakaian BBM ramah lingkungan di Indonesia jalan di tempat. Faktor selisih harga lebar antara BBM bertimbal dan nontimbal adalah salah satu penyebab.

Oleh
ARIS PRASETYO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kf5s_f7hXf5LE-53ph-WLqIKJN8=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F20200114_ENGLISH-TAJUK_B_web_1579012400.jpg
KOMPAS/LASTI KURNIA

Mobil tangki yang membawa stok BBM sedang mengisi persediaan BBM ke tempat penyimpanan BBM di SPBU Coco Pertamina, Fatmawati, Jakarta, Selasa (14/1/2020). Pertamina menetapkan kuota volume biosolar dan premium untuk tahun 2020 per kota/kabupaten berdasarkan keputusan BPH Migas RI No 55/P3JBT/BPH Migas/Kom/2019 dan no 56/P3JBT/BPH Migas/Kom/2019.

JAKARTA, KOMPAS β€” Banyak kendala dalam usaha pemakaian bahan bakar minyak atau BBM ramah lingkungan di Indonesia. Padahal, pemerintah sudah menerbitkan aturan kewajiban penggunaan BBM dengan nilai oktan minimal 91. Masalah harga menjadi salah satu sebab mengapa BBM kotor atau mengandung timbal masih dipakai di Indonesia.

Direktur Pengendalian dan Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dasrul Chaniago, Jumat (11/12/2020), mengatakan, penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan sudah menjadi keharusan. Bahkan, kebijakan ini sudah digagas sejak tahun 1996 kendati realisasinya hingga kini masih tersendat.

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan