logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊHarum Liberika dari Tanah...
Iklan

Harum Liberika dari Tanah Gambut

Kopi liberika menjadi komoditas yang bertahan puluhan tahun di tanah gambut Kalimantan Tengah. Para transmigran membawanya dan merawatnya di tanah yang sulit dikelola. Namun, kini, kopi liberika justru menjadi unggulan.

Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Xc86ihi09DNSlfQHk-BFOvW2jcU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2F20200921IDO_Kopi_Liberika3_1600688945.jpg
KOMPAS/DIONISIIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Ibu-ibu dari Kelompok Usaha Perempuan Bersama Bisa di Desa Gandang Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, memilih biji kopi liberika terbaik sebelum biji tersebut dipanggang, Senin (21/9/2020).

Menjadi transmigran di tanah Kalimantan sungguh tidak mudah. Transmigran harus berhadapan dengan alam yang keras. Tak seperti tanah di Jawa yang dengan mudahnya ditanami apa saja, di Kalimantan mereka harus berjibaku dengan gambut untuk bertahan hidup. Namun, Iin Darwati dan tujuh anggota kelompok taninya di pedalaman Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, menaklukkan gambut dengan berinovasi lewat kopi liberika.

Pada Senin (21/9/2020), Salimah (52) memanen kopi liberika (Coffea liberica) di kebunnya. Sambil memanen biji kopi merah itu, ingatannya terlempar ke tahun 1982, saat dirinya dan keluarga baru saja pindah dari Jawa Timur ke Desa Gandang Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, tempat ia tinggal saat ini.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan