logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊMimpi Besar di Tengah Kepungan...
Iklan

Mimpi Besar di Tengah Kepungan Masalah

Sejumlah peristiwa besar yang mengiringi lahirnya Sumpah Pemuda pada 1928 mirip dengan yang kini terjadi. Kepungan masalah bukan penghambat terwujudnya mimpi besar

Oleh
Andreas Maryoto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/H7J_pJZIPk0ejeFj3fscxR843hA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2F39e41713-64bf-4fce-a9cd-96eca9468f60_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Mahasiswa mendokumentasikan koleksi sejarah Museum Sumpah Pemuda di Jakarta, Selasa (27/10/2020).  Untuk menyemarakkan peringatan hari Sumpah Pemuda, pengelola museum melaksanakan upacara bendera dan menggelar pameran Sartono, sang pejuang demokrasi.

Jakarta, Kompas - Anak-anak muda yang menjalani masa menjelang 1928 mengalami berbagai peristiwa besar. Ekonomi membaik karena industri gula dan minyak, akses pendidikan meningkat, serta mobilitas orang bertambah pesat karena kereta api terus dibangun. Mereka juga sempat mengalami pandemi flu Spanyol. Berbagai peristiwa itu mengiringi sekelompok pemuda, melalui Kongres Pemuda, merintis benih persatuan. Setelah depresi besar dan Perang Dunia II generasi inilah yang menghantar bangsa sampai pada puncak mimpi besar kemerdekaan.

β€œSaat ikut Sumpah Pemuda ayah saya Sapoean Sastrosatomo berusia 22 tahun. Dia bisa bersekolah di Stovia karena dia beruntung bisa sekolah Europees Lagere School (ELS) di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Ibunya gigih berjuang bernegosiasi dengan orang Belanda untuk bisa menyekolahkan Sapoean dan adiknya-adiknya di ELS. Setelah itu dia sempat menempuh Klein Ambtenaar Examen dan kemudian berangkat ke Batavia untuk menempuh sekolah kedokteran,” kata Hadisudjono Sastrosatomo (75), anak sulung Sapoean Sastrosatomo, salah satu dokter yang ikut Kongres Pemuda II tahun 1928.

Editor:
marcellushernowo
Bagikan