logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKelangkaan Pupuk Berulang,...
Iklan

Kelangkaan Pupuk Berulang, Petani Tuntut Transparansi

Problem kelangkaan pupuk menyeruak di sejumlah daerah di Tanah Air awal musim tanam rendeng 2020/2021. Kalangan petani berharap pemerintah membuka data sehingga publik bisa turut mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi.

Oleh
M Paschalia Judith J
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/mwV1oYDY6WG9bziHcazSPlK3dqg=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2Fb6ae768b-fb11-4719-b053-c0013b022cd7_jpg.jpg
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Shobirin (30), petani, menunjukkan pupuk cair dari bahan bukan kimia di rumahnya di Desa Sampih, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (4/9/2020). Bagi Shobirin, bertani dengan bahan bukan kimia menjadikan padinya lebih sehat dengan harga lebih mahal. Biaya produksi pun lebih hemat.

JAKARTA, KOMPAS β€” Kalangan petani berharap data penyaluran pupuk bersubsidi dibuka agar publik bisa turut mengawasi penyalurannya. Dengan demikian, kelangkaan pupuk bisa diantisipasi dan kelangkaan tak terus terjadi, seperti pada awal musim tanam rendeng 2020/2021.

Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia Guntur Subagja, Selasa (6/10/2020), menilai, petani masih sering kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Jika ada, pupuk kadang datang terlambat, yakni ketika masa pemupukan sudah lewat, atau harganya lebih tinggi dari ketentuan.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan