logo Kompas.id
EkonomiProblem Kesejahteraan Tekan...
Iklan

Problem Kesejahteraan Tekan Daya Tarik Pertanian

Kesejahteraan petani dinilai menjadi isu krusial terkait masa depan pertanian Indonesia. Tanpa orientasi pada kesejahteraan, sektor ini bakal makin ditinggalkan dan kehilangan daya tarik.

Oleh
M Paschalia Judith J/M Kurniawan
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/-QRFYwBsoNXw-LOcUJnRBA-9DHo=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2Ff2aa9eba-9c47-4913-909e-25c93a2de45d_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Petani memanen cabai rawit jenis setan di Desa Pagergunung, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (22/9/2020). Setelah panen itu, mereka beralih menanam sayuran yang dinilai lebih cocok dengan kondisi musim kemarau basah seperti saat ini.

JAKARTA, KOMPAS — Pamor sektor pertanian makin redup, tecermin dari usia petani yang menua, lahan pertanian yang kian susut, serta turunnya kontribusi pada perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. Kesejahteraan pelaku utamanya, yakni petani, peternak, pembudidaya, dan nelayan, mesti jadi orientasi agar pertanian tetap memiliki daya pikat.

Keuntungan usaha menjadi daya tarik alami. Namun, pada praktiknya, para pelaku usaha, khususnya petani, peternak, pembudidaya, atau petambak skala kecil, berulang rugi karena harga hasil panennya anjlok atau tidak terserap pasar. Situasi ini, antara lain, dialami oleh peternak unggas, petani tebu, dan petambak garam beberapa tahun terakhir. Hingga pekan ini, problem ini masih terjadi.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan