logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊMembumikan Mentari
Iklan

Membumikan Mentari

Program transisi energi harus menjadi isu publik atau nasional. Perlu cara atau pendekatan baru agar isu ini mudah dipahami, dimengerti, dan yang penting dilaksanakan.

Oleh
ARIS PRASETYO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/HnGz9tLlAptxfjMsULof6AZ6LWU=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2F20190203_KINCIR-ANGIN_B_web_1549187049.jpg
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Kincir-kincir angin milik Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo-1 di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (2/2/2019). PLTB berkapasitas 72 MW ini menjadi PLTB terbesar kedua di Indonesia setelah PLTB Sidrap yang berkapasitas 75 MW.

Pekan lalu, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Inggris meluncurkan program bersama yang dinamai program Mentari. Mentari adalah akronim dari Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia. Program Mentari bagian dari strategi mencapai bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025 mendatang.

Kenapa menggandeng Inggris? Dalam keterangan resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Inggris dianggap lebih berpengalaman dalam mengembangkan energi terbarukan. Inggris dinilai sukses menurunkan pemakaian sumber energi fosil sejak pandemi Covid-19 melanda. Bahkan, pada Juli lalu, Inggris menggelontorkan dana yang setara dengan Rp 73 triliun untuk program pemulihan ekonomi lewat pengembangan energi terbarukan.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan