logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPetani Semakin Tak Berdaya,...
Iklan

Petani Semakin Tak Berdaya, Bukti Ketidakberpihakan Pemerintah

Penurunan NTP dan indeks konsumsi rumah tangga petani menunjukkan daya independensi produsen pangan melemah. Artinya, petani bergantung pada jenis komoditas yang harganya lebih tinggi dari komoditas yang dihasilkannya.

Oleh
M Paschalia Judith J
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/n26LIYTliiFt7Par9flr4JQ291o=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F75daa5d6-b692-4e3a-bb2b-152e5c68908c_jpg.jpg
Kompas/AGUS SUSANTO

Foto udara buruh tani memanen padi di Desa Sukamaju, Kecamatan Tambelang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/5/2020). Harga gabah di tingkat petani di daerah tersebut Rp 4.100 per kilogram. Gangguan distribusi serta lesunya permintaan selama pandemi Covid-19 telah menekan harga hasil panen petani.

JAKARTA, KOMPAS β€” Nilai tukar petani merosot ke bawah titik impasnya di level 100. Hal ini menunjukkan ketidakberdayaan petani sebagai produsen pangan, baik dari sisi penghasilan maupun konsumsi.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, nilai tukar petani (NTP) pada Mei 2020 sebesar 99,47 atau lebih rendah 0,85 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan NTP ini disebabkan merosotnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,86 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani menurun 0,01 persen.

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan