logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPenambahan Hari Libur Bukan...
Iklan

Penambahan Hari Libur Bukan Solusi Dorong Ekonomi

Penambahan hari libur nasional dan cuti bersama dinilai tak signifikan mendongkrak konsumsi dan pertumbuhan ekonomi. Perbaikan daya beli masyarakat justru jadi kunci. Kalau daya beli kuat, libur akan menambah konsumsi.

Oleh
Agnes Theodora, M Paschalia Judith, C Anto Saptowalyono
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/K8ZE_Uq8Pl2ekSepZrTyFJLTs1g=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2F20190213RWN4_1569025968.jpg
KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA

Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS β€” Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi itu menambah jumlah hari libur dan cuti bersama dari 20 hari menjadi 24 hari tahun ini. Keputusan itu diharapkan bisa menggairahkan perekonomian.

Akan tetapi, penambahan hari libur diyakini tidak berdampak signifikan terhadap industri pariwisata. Selain terkait daya beli masyarakat, wabah Covid-19 membuat kunjungan wisata lesu.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan