logo Kompas.id
Ekonomi”Bom Waktu” Bantuan Pangan
Iklan

”Bom Waktu” Bantuan Pangan

Perubahan model bantuan pangan mengubah lanskap perberasan nasional. Hulu dan hilir tak terintegrasi lagi, sementara instrumen stabilisasi dinilai semakin tumpul.

Oleh
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/D687_HxCnEGiuitNHhoAcgkk2Kg=/1024x740/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2F06a0c2a9-1473-4620-858c-8b8b52e07cb1_jpg.jpg
KOMPAS/ALIF ICHWAN

Petugas memindahkan karung berisi beras ke tempat penampungan saat acara Grebek Pasar yang digelar Bulog di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Minggu (29/12/2019).

JAKARTA, KOMPAS - Sejak akhir Agustus 2019, Perum Bulog tidak lagi memasok beras untuk program beras sejahtera atau rastra seiring perubahan penuh bantuan pangan dari natura menjadi transfer langsung melalui bantuan pangan nontunai. Sejumlah kalangan mengingatkan adanya potensi masalah akibat perubahan tersebut.

Tahun ini, program bantuan pangan nontunai (BPNT) menjangkau 15,6 juta keluarga penerima manfaat. Mereka sebelumnya adalah rumah tangga sasaran program rastra yang sekaligus menjadi pangsa pasar (captive market) bagi Bulog. Perubahan tersebut berdampak serius terhadap instrumen stabilisasi harga, baik di tingkat konsumen maupun produsen dan petani.

Editor:
Bagikan