logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPenawar Rindu Batik Gentongan
Iklan

Penawar Rindu Batik Gentongan

Sesulit apa pun, Fauzi berupaya mempertahankan produksi batik gentongan, salah satu batik termahal di Pulau Madura. Dia berharap produknya menjadi penawar rindu. Oase bagi orang-orang yang mencarinya.

Oleh
Iqbal Basyari / Agnes Swetta
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/_3P0N4_RaXbLaBs-Ry7BuCKS0o4=/1024x1365/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F15f7babf-1e29-4a3a-8876-1af5475d2ee4_jpg.jpg
KOMPAS/IQBAL BASYARI

Fauzi Adi Putra, Pemilik Batik Lavega Madura

Salah satu penyebab terus berkurangnya pembatik gentongan adalah proses pembuatannya yang memerlukan waktu lebih lama dibandingkan batik tulis lain. Setidaknya butuh waktu hingga satu tahun untuk membuat satu lembar batik gentongan. Akibatnya, pembatik tidak bisa segera menjual hasil produksinya.

Lamanya proses pembuatan batik gentongan menjadikannya sebagai salah satu jenis batik termahal di Pulau Madura. Untuk satu lembar batik gentongan, pembeli harus merogoh kocek mulai dari Rp 2 juta per lembar kain. Angka itu terpaut jauh jika dibandingkan dengan harga batik tulis Madura umumnya yang dijual dengan harga mulai dari Rp 150.000 per lembar.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan