Biodiesel Diandalkan Kurangi Defisit
Penggunaan Biodisel untuk PertambanganMenteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Darwin Zahedi Saleh (ketiga dari kanan), Presiden Direktur PT Adaro Energy, Garibaldi Thohir (kedua dari kanan), dan Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Arifin (kanan), melihat contoh biodisel dari ekstrak tanaman jarak (jatropha) di Biodiesel Fuel Plant di Site Tambang Batubara Adaro di Kabupaten Tabalong, Kalsel, Selasa (31/5). PT Adaro Indonesia sebagai anak perusahaan PT Adaro Energy bekerja sama dengan Komatsu Corporation (Jepang) dan PT United Tractors, mengembangkan pemanfaatan biodisel untuk bahan bakar kendaraan dan peralatan berat di lokasi tmabang milik Adaro. Kerja sama ini merupakan proyek percontohan pemanfaatan biodisel di sektor pertambangan di Indonesia.Kompas/Iwan Setiyawan (SET)31-05-2011
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama pada Kementerian ESDM Agung Pribadi menyampaikan, kewajiban pencampuran biodiesel ke dalam solar masih merupakan cara strategis untuk menekan defisit neraca perdagangan. Program yang dikenal dengan mandatori B-20 tersebut mulai merambah sektor non pelayanan publik atau non PSO per 1 September lalu.
Dalam jangka panjang, eksplorasi akan terus digiatkan untuk meningkatkan produksi minyak mentah di dalam negeri.