logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊGotong Royong Mencegah Putus...
Iklan

Gotong Royong Mencegah Putus Sekolah

Akses siswa miskin bersekolah masih sering terkendala biaya, sehingga mereka terpaksa putus sekolah. Gotong royong berbagai pihak diperlukan untuk menekan angka putus sekolah.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU, Tim Kompas
Β· 1 menit baca
Para pelajar Sekolah Alam Prasasti, Kampung Piket Indah, Desa Sukatenang, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, saat belajar bersama di saung sekolah mereka pada, Selasa (24/11/2020) siang. Anak-anak itu merupakan anak yang sempat putus sekolah, anak yatim piatu, atau anak dari keluarga miskin.
STEFANUS ATO

Para pelajar Sekolah Alam Prasasti, Kampung Piket Indah, Desa Sukatenang, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, saat belajar bersama di saung sekolah mereka pada, Selasa (24/11/2020) siang. Anak-anak itu merupakan anak yang sempat putus sekolah, anak yatim piatu, atau anak dari keluarga miskin.

Saat Indonesia menghadapi masa bonus demografi, generasi muda yang produktif dan berkualitas seharusnya jadi andalan. Namun, bagi anak-anak dari keluarga miskin, kontribusi untuk menyukseskan bonus demografi masih jauh dari jangkauan. Putus sekolah justru jadi bagian dari persoalan anak-anak usia sekolah dari keluarga miskin yang membuat mereka terjebak menjadi pekerja anak, anak jalanan, hingga menikah di usia muda.

Fenomena anak putus sekolah masih membayangi wajah pendidikan Indonesia. Berbagai inisiatif pemerintah, komunitas, individu, hingga dunia usaha pun bermunculan untuk mencegah putus sekolah hingga mengembalikan asa yang sempat pudar di wajah anak-anak.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan