logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊMasalah Ekonomi hingga...
Iklan

Masalah Ekonomi hingga Minimnya Bimbingan Sebabkan Anak Putus Sekolah

Masalah ekonomi hingga kurangnya bimbingan selama pelajaran jarak jauh menjadi faktor risiko anak putus sekolah. Pemetaan dampak pandemi terhadap pendidikan pun dibutuhkan.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
Sopia, pelajar SMA yang putus sekolah (kiri), bersama pelajar putus sekolah lainnya mengikuti pelajaran bahasa Inggris dengan program Microlab Multimedia Language Laboratory di Rumah Belajar Tower Bersama Infrastructure (TBIG), Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (6/6). TBIG bekerja sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) memberikan layanan pendidikan paket C bagi 180 anak putus sekolah berusia 15-24 tahun yang berasal dari keluarga prasejahtera.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Sopia, pelajar SMA yang putus sekolah (kiri), bersama pelajar putus sekolah lainnya mengikuti pelajaran bahasa Inggris dengan program Microlab Multimedia Language Laboratory di Rumah Belajar Tower Bersama Infrastructure (TBIG), Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (6/6). TBIG bekerja sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) memberikan layanan pendidikan paket C bagi 180 anak putus sekolah berusia 15-24 tahun yang berasal dari keluarga prasejahtera.

JAKARTA, KOMPAS β€” Pandemi Covid-19 meningkatkan risiko putus sekolah pada anak. Selain terkendala faktor ekonomi, minimnya bimbingan saat anak belajar di rumah dan hilangnya capaian belajar memicu juga menjadi alasan.

Pada masa pandemi 2021-2022, angka putus sekolah tertinggi terjadi di jenjang SMP, yakni 15.042 anak. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu 11.378 anak. Sementara itu, jumlah siswa SMK yang putus sekolah pada 2021 sebanyak 13.951 anak.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan