logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPandemi, Banyak Pembatik...
Iklan

Pandemi, Banyak Pembatik Beralih Profesi

Pelestarian batik terhambat regenerasi. Pandemi Covid-19 membuat para pembatik beralih profesi, sementara generasi muda ragu dengan industri batik karena faktor ekonomi.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
Proses mencuci batik yang diberi pewarna alami di sentra batik Betawi di Palbatu, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2016). Batik Palbatu memproduksi batik-batik tulis motif baru khas Betawi.
KOMPAS/ LUCKY PRANSISKA

Proses mencuci batik yang diberi pewarna alami di sentra batik Betawi di Palbatu, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2016). Batik Palbatu memproduksi batik-batik tulis motif baru khas Betawi.

JAKARTA, KOMPAS – Keberlanjutan batik di Indonesia terhambat isu regenerasi. Pandemi memicu hilangnya perajin batik dalam jumlah besar, sementara itu sebagian generasi muda enggan berkecimpung di industri batik karena pertimbangan ekonomi.

Menurut data Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), jumlah pembatik di Indonesia turun 80 persen selama pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, jumlah pembatik mencapai 131.568 orang dan kini tinggal sekitar 26.000 orang. Menurut Ketua Umum APPBI Komarudin Kudiya, para pembatik beralih profesi selama pandemi. Ada yang melaut, bertani, menjadi tukang kayu, tukang batu, maupun perajin rotan.

Editor:
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Bagikan