logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanLembaran Buram PMI Tak Kunjung...
Iklan

Lembaran Buram PMI Tak Kunjung Berakhir

Meskipun menjadi ”pahlawan devisa”, pekerja migran Indonesia belum mendapat perhatian optimal dari negara. Pengawasan pekerja migran Indonesia yang berangkat ke luar negeri secara ilegal masih menjadi tantangan.

Oleh
Sonya Hellen Sinombor
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/SJBYAXRS23YzftCTc28QA4B6qJ0=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2Fc1e53ffb-4075-4637-9a36-18b2a4f8cbdc_jpg.jpg
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Batam menggunakan oksimeter untuk mengukur kadar oksigen dalam darah para buruh migran Indonesia yang baru tiba dari Malaysia di Pelabuhan Batam Centre, Kota Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (8/5/2021). Sejak 1 Januari 2021, ada lebih dari 14.000 buruh migran Indonesia dari Malaysia dan Singapura yang transit di Batam sebelum pulang ke daerah asal.

Kasus kecelakaan kapal yang mengakibatkan 20 buruh migran tewas dan lebih dari 15 orang lainnya hilang di perairan Johor, Malaysia, mewarnai peringatan Hari Buruh Migran Internasional 2021. Insiden yang terjadi pada 15 Desember 2021 itu menambah potret buram persoalan pekerja migran Indonesia.

Kasus tersebut seharusnya mendorong pemerintah lebih serius memperhatikan nasib pekerja migran Indonesia (PMI) yang mayoritas adalah perempuan. Di antara korban tewas kecelakaan kapal itu ada beberapa perempuan yang ingin mengadu nasib di negeri jiran.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan