logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPerubahan Songket Mengikuti...
Iklan

Perubahan Songket Mengikuti Dinamika Zaman

Perubahan pada songket perlu didokumentasikan. Tujuannya agar publik dapat mempelajari perubahan itu beserta dinamika sosial yang menyertainya.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fDGt76KztZTC8otqT-GMCXUB2fE=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2F63404a0a-7027-4156-9fdd-f76ba34eed73_jpg.jpg
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Penenun songket Palembang, Cek Ery (54), sedang menyelesaikan songket limar pesanan butik dari Jambi di belakang rumahnya di kawasan Ki Gede Ing Suro, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (13/1/2021). Walau pandemi Covid-19 mengimpit, Ery tetap meneruskan keahliannya menenun songket Palembang.

JAKARTA, KOMPAS β€” Songket dinilai bukan hanya bagian dari wastra Nusantara, melainkan juga produk kebudayaan dan sosial yang terus berubah mengikuti zaman. Itu sebabnya, perubahan-perubahan pada songket perlu didokumentasikan agar menjadi bahan belajar untuk generasi masa depan.

Profesor (emerita) Departemen Sosiologi dan Antropologi di College of the Holly Cross, Susan Rodgers, mengatakan, songket dibentuk dari berbagai proses sosial, budaya, dan ekonomi yang terjadi di suatu komunitas. Proses itu bisa bersifat lokal, nasional, atau global. Karena itulah, songket menjadi kreasi yang merepresentasikan zaman.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan