logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanReligiositas Menjadi Modal...
Iklan

Religiositas Menjadi Modal Sosial Atasi Krisis

Terjadi paradoks antara kesemarakan beragama dengan kebangkrutan moralitas. Agama belum dihayati sebagai jalan kebebasan dari krisis kemanusiaan.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/wfSpTLkMtuKN2lNf56VNoJm-Yms=/1024x635/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F12fc0776-9068-410f-8d46-900da169287e_jpg.jpg
Kompas/Bahana Patria Gupta

Perwakilan dari Forum Rumah Bersama Surabaya berbincang dengan perwakilan GKI Diponegoro saat memperingati Tragedi Bom Surabaya, Surabaya, Jawa Timur, Senin (10/5/2021). Kunjungan tersebut sebagai usaha untuk memumupuk terus rasa persaudaraan antar umat beragama. Bom Surabaya sendiri terjadi pada 13 Mei 2018 dan meledak di tiga gereja dan satu kantor polisi.

JAKARTA, KOMPAS – Masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan religiositas  sebagai modal sosial untuk mengatasi berbagai krisis kehidupan dan kemanusiaan. Hanya saja, tingginya religiositas suatu negara kadangkala masih berbanding terbalik dengan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.

“Penguatan literasi agama adalah keniscayaan. Indonesia bukan negara agama, namun pemerintah tetap menaruh perhatian tinggi pada agama dengan adanya Kementerian Agama dan institusi keagamaan. Sekarang ini bagaimana menjadikan religiositas untuk modal sosial guna memajukan masyarakat Indonesia,” kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Musdah Mulia  saat membawakan Sutan Takdir Alisjahbana (STA) Memorial Lecture 2021 pada Kamis (21/10/2021). Acara ini  digagas Akademi Jakarta, didukung Dewan Kesenian Jakarta.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan