logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊArsip Kartini dan Kongres...
Iklan

Arsip Kartini dan Kongres Perempuan I Berpotensi Diajukan sebagai Ingatan Kolektif Dunia

Pemerintah berencana mengajukan tiga warisan dokumenter sebagai Ingatan Kolektif Dunia yang diakui UNESCO. Arsip Kartini dan Kongres Perempuan Indonesia pertama dinilai berpotensi diajukan di masa depan.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Xrfq_uRFGilciHu3JBwHpf05fNE=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2Fad7ec209-11f0-463d-a791-0bb28ec53ac7_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Kru Bengkel Arsip memindai naskah pada buku kuno dalam proses digitalisasi di Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, Selasa (3/12/2019). Digitalisasi dilakukan untuk menyelamatkan isi dari berbagai buku koleksi museum tersebut yang mulai rusak termakan usia. Sebanyak 20 buku ditargetkan selesai disimpan dalam format digital pada kegiatan yang berlangsung selama lima hari itu. Buku tertua yang didigitalisasi adalah buatan tahun 1713.

JAKARTA, KOMPAS β€” Arsip negara tentang Raden Ajeng Kartini dan Kongres Perempuan I berpotensi diajukan sebagai Ingatan Kolektif Dunia ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO. Upaya melengkapi arsip-arsip tersebut masih dilakukan.

”Menurut kajian tim ANRI (Arsip Nasional RI) dan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), ada khazanah arsip yang berpotensi diajukan sebagai Memory of the World, yaitu arsip Kartini dan Kongres Perempuan Indonesia pertama yang berlangsung pada tahun 1928,” kata Pelaksana Tugas Deputi Konservasi Arsip Nasional RI (ANRI) Multi Siswati pada diskusi daring, Jumat (15/10/2021).

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan