logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊInterpretasi Persatuan dari...
Iklan

Interpretasi Persatuan dari Tinggalan Airlangga

Persatuan lahir dari perpecahan seperti mengingat kisah pembagian Kahuripan oleh Airlangga menjadi Janggala dan Panjalu yang tinggalannya dapat dilihat di perbukitan Walikukun, Tulungagung, Jawa Timur,

Oleh
AMBROSIUS HARTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/LkrYQEtPmhiZOv6vTIpS4KXhCx4=/1024x575/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F20210819bro-pasir3_1629359741.jpg
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO

Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog BPBC Jatim menerangkan relief pada batu tinggalan purbakala di Goa Pasir, Tulungagung, Jawa Timur, Minggu (15/8/2021). BPCB Jatim sedang menelusuri narasi pembagian wilayah Kerajaan Kahuripan oleh Raja Airlangga menjadi Jenggala dan Panjalu. Goa Pasir diyakini sebagai tinggalan Airlangga untuk penanda pembagian kerajaan itu guna menghindari konflik internal.

Jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, semangat persatuan dan kesatuan menjadi mimpi besar yang ingin diwujudkan semua suku bangsa di Nusantara. Kerajaan silih berganti ingin menguasai Nusantara dalam satu panji tetapi pada akhirnya mimpi persatuan terwujud dalam keindonesiaan.

Di sisi lain, persatuan cuma bisa lahir dari adanya perpecahan. Salah satu kisah sejarah klasik tentang perpecahan ialah pembagian Kerajaan Kahuripan menjadi Janggala dan Panjalu. Di abad ke-11, Raja Airlangga terpaksa membagi wilayahnya untuk menghindari konflik internal. Untuk pembagian itu, Airlangga menyerahkannya kepada guru terpercaya yakni Bharada.

Editor:
Siwi Yunita
Bagikan