Perlindungan Anak
Gerakan Masyarakat Paling Bawah Jadi Kekuatan
Selain rawan terkena virus korona baru, anak-anak juga rentan menjadi korban berbagai kekerasan di masa pandemi Covid-19. Gerakan bersama menyelamatkan anak-anak harus dimulai dari masyarakat paling bawah.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2F4db2ac02-892d-4367-80f3-b5d03ed6a44a_jpg.jpg)
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia I Gusti Ayu Bintang Darmawati menyapa seorang anak pengungsi dari Dusun Turgo di barak pengungsian Desa Purwobinangun, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (9/2/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Perlindungan terhadap anak selama masa pandemi Covid-19 perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak, terutama gerakan bersama masyarakat di tingkat akar rumput. Berbagai situasi yang muncul selama pandemi Covid-19, seperti stres yang meningkat, keterbatasan akses sarana dan prasarana di rumah, orangtua kehilangan pekerjaan, serta fasilitas kesehatan terbatas; membuat anak-anak rentan mengalami kekerasan.
Kehadiran Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) di tingkat desa/kelurahan bisa menjadi gerakan masyarakat dalam mengintegrasikan dan melaksanakan berbagai kebijakan perlindungan anak selama masa pandemi, terutama dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 8 dengan judul " Gerakan Masyarakat Paling Bawah Jadi Kekuatan".
Baca Epaper Kompas