logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanMendampingi Pendidikan...
Iklan

Mendampingi Pendidikan Anak-anak Penghayat Kepercayaan

Banyak sekolah yang masih belum paham, bahkan merasa kaget jika ada penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ada di negeri ini. Meski perlahan, pelayanan terhadap siswa para penghayat mulai dijalankan.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VcUv1gCXfU-dNafJ7V1BpZv221U=/1024x691/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2Fkompas_tark_12557547_111_0.jpeg
KOMPAS/GREGORIUS MAGNUS FINESSO

Anak-anak serta para remaja penghayat Ugamo Malim atau disebut sebagai kaum Parmalim mengikuti lomba menarikan tortor di pelataran Bale Pasogit, pusat peribadatan Parmalim di Desa Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, Jumat (20/2/2015).

Setelah lama terabaikan, mulai 2017 pemerintah baru memberikan jaminan adanya layanan pendidikan kepercayaan kepada anak-anak penghayat  kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebelumnya, anak-anak penghayat yang bersekolah di sekolah formal ”dipaksa” untuk mengikuti pelajaran agama enam agama yang diakui pemerintah.

Dalam memperjuangkan hak anak-anak penghayat mendapatkan pendidikan sesuai keyakinan diperlukan peran penyuluh atau guru yang menyampaikan pendidikan kepercayaan. Mereka  tak hanya mendampingi anak-anak untuk belajar tentang pendidikan kepercayaan, tetapi juga terlibat untuk mengadvokasi orangtua dan anak penghayat saat berhadapan dengan sekolah.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan