logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanPara Penjaga Tano Bedewo
Iklan

Para Penjaga Tano Bedewo

Ritual "bebalai” tak lagi dapat berjalan sempurna karena bunga-bunga menghilang dalam rimba Bukit Duabelas. Kepercayaan Orang Rimba akan tano bedewo, tano suban, hingga pasoron pun nyaris tergusur.

Oleh
IRMA TAMBUNAN
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/TgcPJ_AU6QzhK-0MXqLQGpOHsV8=/1024x685/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F77e4e105-4d08-4490-8489-b1353ed7a08a_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Setelah menanti lama, baru pada 2021 ini Orang Rimba di Jambi dicatatkan data kependudukannya secara masif oleh negara. Pencatatan administratif itu menandai pengakuan negara atas kepercayaan non agama pada komunitas pedalaman tersebut. Mengkebul (70) menunggu pembagian bantuan sosial tunai dari negara, di wilayah Terab, Kabupaten Batanghari, Jambi, Sabtu 22/5/2021).

Peristiwa 30 tahun silam tak dapat lepas dari ingatan Ngelembo. Dirinya yang masih belia ketakutan menyaksikan para orangtua di kelompoknya meraung panik tatkala alat-alat berat akan menggilas tano bedewo, tanah suci Orang Rimba.

Situasi genting itu dihadapi masyarakat dengan bertahan menghadang. Berhari-hari mereka berupaya menghalangi masuknya alat berat. Para operator pun akhirnya mengalah mundur.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan