logo Kompas.id
โ€บ
Pendidikan & Kebudayaanโ€บPenghayat Kaharingan, Mereka...
Iklan

Penghayat Kaharingan, Mereka yang Teguh dengan Warisan Leluhur

Bagi penghayat Kaharingan, khususnya Dayak Siang, Moho Tara adalah Tuhan. Seperti kelompok penghayat kepercayaan di sejumlah daerah, nasib para penghayat Kaharingan di Kalimantan kadang masih terabaikan.

Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/erCS9ffFGrRHxHZ7npxAdTPs8pc=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F05%2F20210507IDO_Mafia_Tanah2_1620386694.jpg
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Salah satu pemuka adat Kaharingan melaksanakan ritual adat hinting pali di Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Jumat (7/5/2021).

Junedi Suprianto (25) sering dicerca dengan olok-olokan orang udik  dan dijauhi oleh teman-teman kelasnya. Bahkan, ia sampai menghadapi masalah serius yang membuatnya depresi, terutama ketika ditinggal kekasih beberapa saat sebelum menikah. Semua itu terjadi karena ia teguh menjadi penghayat Kaharingan.

Junedi berasal dari Desa Tumbang Saan, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, sebuah desa kecil di ujung utara Kalteng. Jaraknya dari Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng, mencapai 435 kilometer. Perlu  waktu lebih kurang 10-12 jam untuk sampai ke lokasi tersebut melalui jalur darat.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan