logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊEvokasi dari Tiga Perpaduan
Iklan

Evokasi dari Tiga Perpaduan

Dari bangunan rumah dan pengaturan permukiman yang diwariskan nenek moyang, terkandung perpaduan arsitektur, budaya, dan alam. Ketiganya ini memperkuat kohesi sosial masyarakat. Sayangnya, hal-hal itu mulai ditinggalkan.

Oleh
PRADIPTA PANDU
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FjG0HZMbYmzRs4QuJ2taLorEB-g=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F06%2F20180601_ENGLISH-TANAH-AIR_B_web.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Warga menjemur kopi di halaman kampung adat Waerebo di Desa Satarlenda, Kecamatan Satarmese Barat, Manggarai, Kamis (8/2/2018). Selain dari pariwisata, kampung adat ini mendapat penghasilan dari berkebun, termasuk kopi.

Paradigma yang memandang bahwa bangunan adat daerah ataupun tradisional lainnya sebagai produk ketinggalan zaman dinilai sebagai salah satu penyebab utama punahnya arsitektur Nusantara. Padahal, bangunan yang berdiri atas dasar tiga perpaduan, yakni arsitektur, budaya, dan alam, akan menghadirkan evokasi atau penggugah rasa serta dapat menjadi potensi arsitektur di masa depan.

Dalam diskusi secara daring, Sabtu (3/4/2021),  fotografer etnik senior Don Hasman menceritakan setiap foto yang ia ambil saat melakukan Ekspedisi Baduy pada 2019 silam. Mulai dari aktivitas sosial budaya, morfologi permukiman, tatanan kehidupan masyarakat, hingga arsitektur yang dibangun suku di pedalaman wilayah Banten ini tidak luput dari bidikan kameranya.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan