logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊAnak Pekerja Migran Masih...
Iklan

Anak Pekerja Migran Masih Luput dari Perhatian

Pekerja migran Indonesia saat bekerja di luar negeri meninggalkan anak-anak mereka di kampung halaman. Sebagian diasuh oleh salah satu orangtua (ayah/ibu) atau pengasuh pengganti dan menimbulkan banyak persoalan.

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/kwAbKUbw9AIhePQRQ1ftBjSPdGM=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F9c2c9f6c-8a74-4f25-b08d-88679a2964eb_jpeg.jpg
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Seorang anak pekerja migran Indonesia menunggu orangtuanya mengisi kartu kewaspadaan kesehatan di Pelabuhan Batam Centre, Kota Batam, Kepulauan Riau, Selasa (24/3/2020). Sebanyak 122 pekerja migran Indonesia dideportasi dari Johor Bahru melalui dua gelombang, 24-25 Maret 2020, setelah Pemerintah Malaysia memberlakukan kebijakan penutupan akses.

Kendati hidup di tengah masyarakat dan menghadapi berbagai persoalan, keberadaan anak-anak dari pekerja migran di sejumlah daerah hingga kini sering luput dari perhatian pemerintah. Sejumlah anak pekerja migran, yang ditinggalkan orangtuanya, terutama yang tinggal bersama pengasuh pengganti, tidak mendapat pengasuhan seperti layaknya anak yang lain.

Selain lekat dengan stigma negatif, buruknya pengasuhan terhadap anak-anak pekerja migran memberi dampak yang besar bagi tumbuh kembang anak. Bahkan, sejumlah anak yang tinggal bersama orangtua (salah satu, ayah atau ibu) atau pengasuh (wali) rentan putus sekolah, menjadi korban perkawinan anak, bahkan ada anak yang berhadapan dengan hukum.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan