logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanKuat, Resiliensi Perempuan...
Iklan

Festival Inklusif 100%

Kuat, Resiliensi Perempuan Adat

Perempuan adat menghadapi perubahan-perubahan di wilayah adat yang membuat mereka kehilangan banyak hal. Selain penghancuran atas kemandirian dan kedaulatan pangan masyarakat adat, mereka juga mengalami dikriminasi.

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
· 1 menit baca
https://assetd.kompas.id/CSO47_sQw-gLK1hSHxbUS5dgCIY=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F55cf67b3-2b3d-442d-9a62-dcb9d48c4cfd_jpg.jpg
Kompas/Agus Susanto

Kaum perempuan memakai noken (tas khas Papua)mengikuti pengukuhan Subdewan Adat Daerah suku Asa Aspalek, suku Yeleas II dan Suku Walom Hiluka di Kampung Yeleas, Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo, Papua, Kamis (3/5)

JAKARTA, KOMPAS — Kendati menghadapi berbagai tantangan yang berat dalam menghadapi berbagai perubahan drastis dan masif yang terjadi di dalam ruang hidupnya, hingga kini perempuan-perempuan adat tetap memiliki kekuatan menyesuaikan diri dengan seluruh perubahan yang terjadi.  Mereka memiliki daya tahan yang sangat tinggi dan cepat menyesuaikan diri dengan proses perubahan.

”Kita harus belajar banyak dari perempuan adat. Perempuan adat dari hari ke hari memastikan apa yang kita sebut sebagai ketahanan hidup adat komunitas, bagaimana kemandirian pemenuhan atas kebutuhan hidup dilakukan oleh perempuan adat,” ujar Devi Anggraini, Ketua Umum Persekutuan Perempuan Adat Nusantara (Perempuan AMAN), saat menjadi pembicara pada ”Festival Inkslusif 100%”, Selasa (22/9/2020) secara daring.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Artikel Terkait
Belum ada artikel
Iklan