logo Kompas.id
β€Ί
Pendidikan & Kebudayaanβ€ΊPAUD Masih Dipandang Sebelah...
Iklan

PAUD Masih Dipandang Sebelah Mata

Sebagian besar satuan pendidikan anak usia dini adalah informal. Ini menjadi tantangan untuk mewujudkan pengelolaan layanan secara holistik integratif yang melibatkan kesehatan, pengasuhan, dan perlindungan anak.

Oleh
Mediana
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/a3K07sdIzW6w2mfBjL2vYmVBCnw=/1024x681/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F09%2Fff9e2744-1a21-4a71-b344-a2c15c4eafd2_jpeg.jpg
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI

Anak-anak peserta pendidikan anak usia dini (PAUD) di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tut Wuri Handayani berkegiatan di tepi pantai Desa Gangga II yang terletak di Pulau Gangga, Kecamatan Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Minggu (30/8/2020). Selain menyediakan PAUD, PKBM itu menjadi tempat utama bagi warga yang putus sekolah untuk mendapatkan ijazah pendidikan setara SD, SMP, dan SMA.

JAKARTA, KOMPAS β€” Pengelolaan layanan pendidikan anak usia dini atau PAUD secara holistik dan integratif tidak mudah dilakukan. Hingga sekarang, masih berkembang anggapan bahwa PAUD bukan sebagai proses pendidikan yang penting seperti jenjang pendidikan lainnya.

Direktur PAUD Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Muhammad Hasbi, Rabu (9/9/2020), di Jakarta, memandang realitas itu tidak bisa dilepaskan dari sejarah layanan PAUD di Indonesia. Selama bertahun-tahun, kehadiran satuan PAUD dilatarbelakangi oleh gerakan sosial masyarakat, mulai dari tingkat desa sampai provinsi. Organisasi kemasyarakatan (ormas) tertentu pun bisa turut mendirikan satuan PAUD. Tujuan utamanya adalah memberikan akses pembelajaran bagi anak usia 0-6 tahun.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan