logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanBersama Melawan Kemiskinan,...
Iklan

Bersama Melawan Kemiskinan, Ketidakadilan, dan Kesewenangan

Konferensi Perempuan Timur tidak hanya sekadar ajang bertemu para perempuan timur. Pertemuan tersebut menjadi tempat berbagi pembelajaran, pengetahuan, serta berbela rasa.

Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/K-AjLhYA7Me56BbV8PSquLtPeKo=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F07%2F20180722_PDS01.jpeg
KOMPAS/ PRAYOGI DWI SULISTYO

Perempuan kampung adat Dirun, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, membawa hasil panen untuk dipersembahkan dalam ritual Bei Gege Asu, Sabtu (21/7/2018). Ritual Bei Gege Asu dilaksanakan sebelum mendirikan rumah adat untuk memohon petunjuk dari Tuhan dan leluhur.

”Setiap orang memiliki lembar pengalaman, lembar benang pembelajaran, seperti kain yang dilahirkan alat tenun, warna tanah kemiskinan, warna kelam pengalaman, telah menjadi inspirasi bersama. Sebab satu lembar benang, benang emas sekalipun tak akan melahirkan selembar kain. kita harus terus bekerja sama, apa yang kita kerjakan harus terus kita kerjakan”.

Demikian narasi yang disampaikan dengan suara lantang dan tegas oleh Luna Vidya sesaat setelah Penutupan Konferensi Perempuan Timur (KPT) 2020, Kamis (27/8/2020) petang, yang berlangsung secara virtual. Kalimat demi kalimat yang disampaikan Luna (Fasilitator Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia/BakTI), mewakili suara dan jeritan para perempuan dari kawasan timur Indonesia, yang selama ini berjuang keluar dari lingkaran kemiskinan, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan