β€Ί
Iklan

Kita

Dalam bahasa Indonesia sering orang menggunakan kata "kita", padahal yang dimaksud sebenarnya adalah "kamu". Bagaimana memahami

Oleh
Joost W Mirino
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Y1rQu7Ah1HOd3mNux5fsFC6z4bU=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F05%2FCOVER-POSTER_OK.jpg
Kompas

Foto ini selalu muncul di buku sejarah sebagai ilustrasi pertempuran Surabaya 10 November 1945, ketika Bung Tomo diceritakan sedang berpidato mengobarkan semangat Arek-Arek Suroboyo. Padahal, tak ada satu media cetak "kiblik" (Republik) pada masa itu memuat foto ini dalam reportase mereka. Kenyataannya, sepanjang konflik Surabaya, Bung Tomo berpidato dari stasiun pemancar yang dikenal sebagai Radio Pemberontak.

Pada 1989 terbit (versi bahasa Indonesia) buku Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman untuk Pemadanan Antarbahasa karya Mildred L Larson. Buku itu diacu di sini dengan selipan bahan di sana-sini meski tulisan ini tak menyinggung penerjemahan.

Dalam bahasa Indonesia sering orang memulai pembicaraan dengan mengatakan, "Hari ini kita akan membahas..." Selanjutnya si pembicara berceloteh sendiri dari awal hingga akhir pertemuan; pendengar tidak terlibat bicara sekali pun meski si pembicara menggunakan kita (saya dan kamu). Bentuk pronomina subjek kalimat tadi disebut editorial kita; kita yang digunakan bermakna sekunder, yakni \'saya\' (tunggal), sementara--kita tahu--makna primernya adalah \'saya dan kamu\' (jamak).

Editor:
ilhamkhoiri
Bagikan