logo Kompas.id
Pendidikan & KebudayaanPuisi-puisi Sindhunata...
Iklan

Puisi-puisi Sindhunata Menguatkan Tanpa Mempertentangkan

Romo Sindhunata memiliki cara unik menangkap fenomena pinggiran dalam karyanya. Ia tidak menampilkan pertentangan antara miskin dan kaya, antara penderitaan dan kebahagiaan, atau antara dosa dan kebaikan.

Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Z3RAd6yWDOzSoOSFiwcMHBCORrA=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2Fac04caaa-1654-451d-84c5-b593f872f2b6_jpg.jpg
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Jurnalis senior Sindhunata (kiri) bersama Wakil Pemimpin Umum Kompas Rikard Bagun beberapa waktu lalu di Taman Yakopan Omah Petroek, Sleman, Yogyakarta.

YOGYAKARTA, KOMPAS — Mengangkat fenomena-fenomena pinggiran yang diabaikan publik merupakan hal lumrah bagi sastrawan. Namun, dalam dua buku kumpulan puisi Air Kata-kata dan Air Kejujuran terbitan Gramedia Pustaka Utama, Sindhunata memiliki cara unik.

Sindhunata tidak menampilkan pertentangan antara miskin dan kaya, antara penderitaan dan kebahagiaan, atau antara dosa dan kebaikan yang jamak muncul dalam karya-karya sastra. Dalam buku Air Kata-kata, Sindhunata menampilkan puisi ”Putri China” dalam balutan kecantikan dan keindahan. Selain itu, dalam puisi ditampakkan juga penderitaan yang tidak dilihat orang.

Editor:
evyrachmawati
Bagikan